Sabtu, 26 Februari 2011

Mengatasi Kegagalan Anastesi Lokal

 Tunggal Budiarto

"Duh, kok masih sakit ya? Padahal sudah saya anastesi." Mungkin kejadian ini sering kita alami saat praktek. Tidak perlu heran, kegagalan anastesi lokal memang merupakan masalah yang paling sering terjadi pada proses anastesi lokal. Kegagalan dapat bersifat sebagian atau menyeluruh. Kegagalan yang bersifat sebagian misalnya setelah dilakukan anastesi blok mandibula ternyata dentin masih sensitif saat preparasi kavitas padahal gigi di dekatnya justru tidak sakit saat dicabut. Kegagalan lain misalnya efek anastesi yang terlambat dan hanya terjadi analgesia.

Penyebab kegagalan anastesi lokal ada beberapa macam. Pertama adalah teknik yang salah misalnya larutan anastesi yang dideponir sangat sedikit atau masuk ke pembuluh darah. Cara mengatasinya adalah dengan injeksi ulang dengan teknik yang benar dan memperhatikan acuan anatomis yang benar misalnya mendeponir larutan anastesi sebanyak 0,5 cc untuk anastesi infiltrasi, menarik jarum sedikit bila aspirasi positif dan posisi bevel jarum menghadap area anastesi yang dituju. Bila masih gagal, gunakan teknik injeksi intraligamental.

Penyebab kedua yaitu infeksi akut. Pada kondisi infeksi akut pus merubah pH jaringan menjadi asam. Anastesi tidak efektif pada lingkungan asam. Infeksi akut juga menyebabkan kenaikan vaskularisasi jaringan. Anastesi menjadi tidak efektif karena larutan anastesi cepat diserap oleh pembuluh darah yang banyak tersebut. Cara mengatasinya adalah dengan mendeponir larutan anastesi pada jaringan sehat yang agak jauh dari daerah peradangan. Jika masih gagal, gunakan konsentrasi larutan yang lebih besar misalnya lignokain 5% jika 2% gagal. Kegagalan tesebut bukan disebabkan penurunan pH dan kenaikan vaskularisasi namun oleh senyawa aktif lokal yang menurunkan ambang batas nyeri, mempengaruhi reseptor aktif serta serabut aferen sel saraf. Jika masih gagal jalan terakhir adalah anastesi umum.

Penyebab ketiga adalah larutan anastesi yang kadaluarsa. Cara mengatasinya adalah menggantinya dengan larutan anastesi yang belum kadaluarsa. Perhatikan tanggal kadaluarsa larutan anastesi.

Penyebab keempat yaitu resistensi pasien terhadap obat-obat tertentu. Cara mengatasinya adalah dengan menggunakan anastesi dengan komposisi kimia yang berbeda.

Sumber: Howe G.L. dan Whitehead, F.I.H., 1992, Anastesi Lokal, ed.3, Hipokrates, Jakarta

Selasa, 15 Februari 2011

Dyad Flow (Vertise Flow) Video

Flowable Composite Tanpa Etsa dan Bonding

Dyad Flow (Vertise Flow)


  • Self-adhering. No separate bonding step.
  • Greatly reduces the chance of post-op sensitivity. Shares the same characteristic inherent in self-etch materials.
  • High bond strengths to dentin and enamel. Incorporates clinically proven OptiBond adhesive technology for excellent bonds.
  • Easy handling. Non-slumping property creates an
    ideal viscosity.
  • Low microleakage. Excellent marginal integrity and
    reduced voids.
  • Excellent mechanical properties. Long-lasting,
    durable fills. 

    A revolutionary new category of composites has emerged.

    Dyad™ Flow, the first self-adhering composite powered by OptiBond™, greatly simplifies your direct restorative procedures by incorporating a bonding agent into a flowable. So, no need to bond separately. Fewer steps saves you time. And Dyad Flow shares the same characteristic inherent in self-etch materials: it reduces the chance of post-op sensitivity. Our leadership in resin restorative dentistry comes after decades of innovation in composites and expertise in adhesives - both of which come together in Dyad Flow.